Kusut Syamsuar-Irwan Nasir

REMAHAN.com - Kita diingatkan seteru: Plh Gubri dengan Bupati, Wagubri dengan Sekdaprov Riau. Dan Gubri dengan Bupati. Terkait Pilkada. Pecah kongsi. Usung-mengusung. Terdepan merasa paling layak. Dulu.
Tersebab sepekan terakhir kita dihidangkan lagi. Saling umban pernyataan dan bantahan: Syamsuar dan Irwan Nasir. Apa pasalnya? Di akhir pembahasan mari kita duga-duga.
Gubernur Syamsuar tak hadir di milad kabupaten Meranti kemarin itu: Agenda lain sudah terjadwal jauh-jauh hari. Sementara undangan baru sampai beberapa jam sebelumnya.
Juga Wagubri Edy Natar dengan agenda yang telah terjadwal. Sekdaprov Yan Prana sedang mengevaluasi pejabat eselon. Alasannya sempurna. Logis.
Sebelumnya Irwan Nasir merasa kabupaten yang dipimpinnya seakan tak dipedulikan. Katanya, tiga acara penting di Negeri Sagu itu tak satu pun di hadiri Syamsuar. Bahkan tanpa mengirimkan utusan.
Baca: Pemuda Kelurahan Peranap Bagi-bagi Paket Sembako, Roni: Rencananya Rutin Tiap Pekan
Dengan sedikit canda. Atau sangat mungkin gertakan Irwan Nasir: Mungkin kita tidak dianggap lagi di Riau ini. Kita pindah ke Kepri saja.
Lalu apa benar perang dingin antara Plt Bupati Meranti itu dan Bupati Meranti saat ini hanya sekedar masalah koordinasi yang pimpinan provinsi dan kabupaten? Bisa jadi iya. Tapi ada dugaan lain yang juga sulit dibantah: Posisi Ketua DPW PAN Riau.
Khalayak tahu, PAN Partai yang paling lekat dengan Syamsuar saat Pilgubri lalu. Saat nama Syamsuar kembali muncul di akhir-akhir kontestasi. KTA pun diberikan. Dan ada kontrak politik: Jika menang Pilgubri, Syamsuar pimpin PAN Riau. Gantikan Irwan Nasir.
Pekan berganti bulan. Syamsuar tampaknya terus mengelak. Diingatkan sudah. Juga ada kader PAN sudah bosan dengan tarik-ulur Syamsuar.
Apa kursi pimpinan Partai menengah di Riau ini tak menarik bagi Syamsuar?
Baca: Khawatir Penyebaran Covid-19 Meluas, DPP IKA UIR Turunkan Relawan
Atau karena bawaan birokrat Syamsuar yang pada dasarnya tidak mengalami tempaan nilai-nilai partai politik?
Jangan-jangan terniat kembali berlabuh dan berteduh di partai Beringin? Kalau ini nampaknya hanya menunggu waktu.
Namun bisa juga mencari posisi aman bagi Provinsi Riau: Secara, PAN oposisi, dan rezim saat ini pilpres lalu kalah di Riau.
Harap-harap Riau tak mendapat perlakuan diskriminatif dari Jakarta. Masuk sebagai provinsi nomor 5 terbawah tingkat intoleransinya dari Kemenag bisa jadi gambaran: Mana daerah yang harus diangkat-angkat dan mana yang harus dipendam ke lubuk.
Tapi satu hal yang pasti, pemimpin daerah masih dirasuki mantra-matra feodal dari Jakarta. Bahkan secara sistem tidak ada perubahan signifikan, meski katanya otonomi daerah diberlakukan. Ditambah lagi maunya partai politik di Jakarta.
Baca: Kompensasi Belum Dibayarkan, Warga Duri Blokade Pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai
Kembali ke Syamsuar-Irwan Nasir tadi. Kalau dipikir-pikir, mengapa juga PAN begitu berharap Syamsuar jadi ketua di Riau? Sebab idealnya, setelah emban amanah eksekutif, maka pasti akan ada konflik kepentingan. Berlepas diri dari Parpol lebih baik.
Dan sangat ideal lagi semua partai politik yang ada anggotanya di Dewan itu pengkritik Syamsuar. Meski statusnya partai pengusung.
PAN ingin memulai? Sangat kita nantikan itu. (Editorial/Red)
Komentar